HARAPAN ITU PASTI

Rabu, 15 Januari 2014

RTIKEL ILMIAH ( Upaya Peningkatan Motivasi Siswa dalam Belajar Matematika melalui Kisah Tokoh Besar Matematika)




Abstrak

Penelitian ini merupakan eksperimen terhadap kelas IV SD di Bandung pada pelajaran Matematika, materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini diantaranya adalah motivasi belajar materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan siswa yang masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengkaji apakah penyampaian kisah tokoh besar di bidang matematika sebelum materi pelajaran disampaikan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika; 2) untuk mengidentifikasi keberhasilan proses mengajar menggunakan teknik penyampaian motivasi melalui kisah tokoh besar di bidang matematika dengan menganalisis ketuntasan belajar matematika siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan ribuan; 3) untuk mengidentifikasi tanggapan siswa terhadap pelajaran Matematika sebelum dan sesudah belajar matematika dengan menyampaikan kisah tokoh besar di bidang matematika. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini diharapakan menjadi acuan guru untuk meningkatkan kualitas mengajar. Berdasarkan analisis terhadap data-data yang terkumpul melalui instrumen penelitian, maka kesimpulan umum dari penelitian ini adalah: 1) terjadi peningkatan motivasi siswa setelah mendapatkan kisah tokoh besar matematika; 2) sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap pemebelajaran matematika setelah diberikan motivasi; 3) sebagian besar siswa mendapatkan ketuntasan dalam belajar matematika dalam materi penjumlahan dan pengurangan ribuan.

Kata kunci : mathfobia, motivasi belajar, inspirasi tokoh besar.



Pendahuluan

Hampir sebagian siswa sekolah dasar tidak menyukai pelajaran matematika, terutama menjumlahkan dan megurangkan bilangan ribuan. Materi ini dianggap sulit dan menakutkan. Sebanyak 70% dari 20 siswa sekolah dasar kelas 4 berpendapat bahwa materi tersebut sulit. Menurut Shaleh (2008:31) gejala ini disebut dengan gejala mathfobia. Kurangnya motivasi siswa dalam menerima materi pelajaran sering menimbulkan beberapa masalah yang dihadapi guru ketika kegiatan belajar berlangsung. Tugas seorang guru menjadi lebih berat ketika siswanya mengeluh dan tidak dapat menjawab soal latihan dan berujung pada hasil belajar yang tidak memuaskan. Keadaan seperti ini terjadi ketika siswa belajar menghitung bilangan yang memiliki lebih dari dua angka. Mereka cenderung keliru kemudian mengeluh dan merasa sulit untuk mengerjakanya kembali. Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian motivasi kepada siswa. Motivasi yang kuat dapat memberikan energi bagi siswa untuk mampu menghadapi berbagai rintangan yang ada dihadapannya, termasuk ketika belajar matematika.

Pemberian motivasi dilakukan sebelum memasuki materi pelajaran dengan memberikan cerita inspiratif yang dapat menggugah emosi siswa untuk memahami materi pelajaran. Salah satunya, kisah tokoh besar di bidang matematika yang memiliki kaitan dengan materi yang akan diajarkan. Banyak tokoh–tokoh yang dapat memberikan inspirasi dan membuat siswa terkagum–kagum. Terutama kisah para tokoh yang pada usia kanak–kanak mampu memberikan kontribusinya terhadap matematika. Misalnya Carl Friedrich Gauss pada usia 10 tahun mampu menghitung 100 bilangan puluh ribuan dalam hitungan detik dapat dijadikan inspirasi.

Bukan hanya meningkatkan motivasi, kisah tokoh matematika juga dapat meningkatkan wawasan siswa terhadap sejarah perkembangan matematika. Ellison (Shaleh,2008:26) mengatakan bahwa otak manusia tidak dapat memperhatikan dan mengingat semua pelajaran yang tidak menarik, membosankan dan tidak menggugah emosi. Penyampain kisah tokoh ini menjadi hal yang menarik dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dan memiliki motivasi untuk meningkatkan hasil belajar mereka.

Tujuan artikel ini adalah : 1) untuk mengkaji apakah penyampaian kisah tokoh besar di bidang matematika sebelum materi pelajaran disampaikan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika; 2) untuk mengidentifikasi keberhasilan proses mengajar menggunakan teknik penyampaian motivasi melalui kisah tokoh besar di bidang matematika dengan menganalisis ketuntasan belajar matematika siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan ribuan; 3) untuk mengidentifikasi tanggapan siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan sesudah disampaikannya kisah tokoh besar di bidang matematika.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk guru sekolah dasar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi pembelajaran menjumlahkan dan mengurangkan bilangan ribuan. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki metode pengajaran menjadi lebih menyenangkan dengan mengenalkan tokoh besar di bidang matematika kepada siswanya. Penelitian ini juga memberikan gambaran tentang berapa besar pengaruh peningkatan motivasi siswa terhadap ketuntasan belajar dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan.



Tinjauan Pustaka

Motivasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar matematika. Motivasi menurut Uno (2009:8) adalah dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Sedangkan menurut Solichatun (2007:7) motivasi belajar matematika menggambarkan dorongan, keinginan dan kebutuhan siswa untuk belajar matematika yang terlihat kemauan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pemberian motivasi sebelum proses belajar dimulai, menurut Shaleh (2008:42) memeiliki pengaruh yang kuat pada anak didik untuk mampu menghadapi berbagai rintangan yang ada di depannya, motivasi yang kuat juga menjadi sebuah energi agar siswa mampu menghadapi berbagai tantangan dalam belajar matematika pada materi apapun. Tidak menyerah ketika mengerjakan soal yang sulit, tidak akan mengeluh dalam menghadapi berbagai soal ulangan dan mampu mengerjakan secara mandiri.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Menurut Shaleh (2008:86) sepenggal cerita inspirasi ternyata mampu menggugah emosi dan semangat bagi seseorang. Teknik seperti ini dapat diterapkan oleh guru sebelum menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Hampir semua tokoh di bidang matematika dapat memberikan inspirasi yang luar bisa. Anak didik tentu akan terkagum–kagum dengan cerita tersebut. Misalnya, cerita Carl Fiedrich Gauss yang mampu menghitung dengan cepat dalam hitungan detik.

Kisah Carl Friedrich Gauss dapat dijadikan sebagai kisah insipirasi bagi siswa dalam meningkakan motivasi belajar matematika. Carl Friedrich Gauss merupakan salah satu ilmuwan hebat dunia, ia juga diakui sebagai ahli matematika terbesar sepanjang masa. Hal ini cukup beralasan, sebab ia memang jenius sejak kecil. Pada saat Gauss berusia tiga tahun, ia berhasil menemukan kesalahan yang dilakukan ayahnya waktu sang ayah melakukan kalkulasi di bidang keuangan. Gauss melakukan hal yang menakjubkan lagi saat ia berada di sekolah dasar. Pada waktu itu guru matematikanya meminta murid-murid menjumlahkan bilangan-bilangan dari 81297 + 91495 + 81693 + … + 100899. Gauss berhasil menyelesaikan soal tersebut beberapa detik setelahnya.

Setelah pemeberian motivasi diharapkan siswa dapat menunjukan perilaku sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi untuk belajar. Menurut Solichatun (2007:28) indikator siswa termotivasi untuk belajar : 1) senang mengikuti pelajaran; 2) tidak merasa bosan saat belajar; 3) mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh; 4) mengerjakan tugas yang diberikan; 4) merasa bahwa belajar adalah kebutuhan; 5) merasa aman belajar; 6) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 7) percaya diri untuk berprestasi.

Untuk mengukur motivasi siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator tersebut. Solichatun (2007:28) menambahkan jika siswa sudah termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, mereka akan berlomba–lomba mengerjakan soal. Keadaan seperti ini diharapkan mampu meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi matematika yang diajarkan. Penyampaian motivasi ini dikatakan berhasil dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas dalam mengerjakan test yang berkaitan dengan materi yang diberikan.



Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Madrasah Diniyah Nuurul Falaah. Pemilihan tempat ini bertujuan untuk mendapatkan sample siswa dari berbagai sekolah dasar di Bandung. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 dan 8 Maret 2011 . Subjek Penelitian adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 20 orang siswa dengan komposisi perempuan 8 orang dan laki-laki 12 orang. Materi yang di pelajari adalah menjumlahkan dan mengurangkan bilangan ribuan dengan kisah tokoh Carl Friedrich Gaus.

Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengukur tanggapan siswa terhadap penyampaian motivasi melalui kisah tokoh besar di bidang matematika dalam belajar matematika. Perhitungan hasilnya menggunakan presentase. Metode kualitatif juga digunakan untuk melihat motivasi siswa berdasakan indikator yang ditetapkan terlebih dahulu. Hasilnya dijelaskan secara deskriptif. Metode kualitatif digunakan dalam melihat peningkatan motivasi siswa, hasilnya dinyatakan dalam bentuk persentase. Metode kuantitatif digunakan dalam mengukur ketuntasan belajar siswa untuk melihat keberhasilan proses belajar mengajar menggunakan penyampaian motivasi melalui kisah tokoh besar di bidang matematika.

Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara dan tes . Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Wawancara menggunakan pertanyaan tertutup untuk mendapatkan data tentang peningkatan motivasi siswa dalam belajar menjumlahkan dan mengurangkan bilangan ribuan. Wawancara juga digunakan untuk mendapatkan data tentang tanggapan siswa terhadap proses belajar matematika dengan penyampaian kisah tokoh besar matematika sebelum materi pelajaran diberikan. Untuk melihat motivasi siswa dalam belajar dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi berupa catatan mengenai perilaku siswa ketika mendengarkan ketika penyampaian kisah tokoh Carl Friedrich Gauss dan perilaku ketika mengerjakan soal yang diberikan. Catatan observasi mengacu pada indikator siswa termotivasi. Test menggunakan 5 butir soal untuk mengetahui keberhasilan proses belajar menggunakan metode peningkatan motivasi.







Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian tentang tanggapan siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan, yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil 70% siswa menganggap materi tersebut sulit, sedangkan 30% sisanya menganggap materi tersebut tidak terlalu sulit. Mereka yang menganggap sulit mengatakan bahwa mereka sering mengalami kekeliruan dalam menyelesaikan soal – soal materi tersebut.

Menurut pengamatan penulis, selama proses pembelajaran, siswa di kelas terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Mereka mengaku senang belajar matematika dan mendengarkan kisah tokoh besar di bidang matematika, yaitu Carl Friedrich Gauss. Hal ini dapat dilihat dari lembar observasi yang diisi pada saat proses belajar mengajar.

Hasil analisis terhadap lembar obsevasi memperlihatkan bahwa rata – rata, mereka menunjukan perilaku sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi. Banyak diantara mereka sangat kagum dengan Carl Friedrich Gauss, dan berkata mereka ingin seperti tokoh tersebut. Mereka seksama mendengarkan kisah tokoh tersebut dan melontarkan pertanyaan kepada gurunya seputar kisah yang diceritakan sebagai rasa keingintahuan yang besar. Tampak ketika diberikan soal berkaitan dengan materi yang dipelajari, sebagian besar siswa mengerjakanya sendiri, tidak gaduh, tidak mengeluh dan terlihat percaya diri. Bahkan beberapa siswa berusaha mengingatkan temannya untuk tidak mencontek. Tingkah laku siswa dalam proses belajar yang digambarkan seperti itu menunjukan ada motivasi siswa dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan.

Setelah proses belajar mengajar selesai, dilakukan kembali wawancara untuk melihat peningkatan motivasi mereka dalam belajar. Hasilnya 60% menyukai pelajaran menjumlahkan dan mengurangkan bilangan ribuan. Dari wawancara yang dilakukan pada saat sebelum dan sesudah proses belajar tampak perbedaan yang signifikan yang menunjukan adanya peningkatan. Mereka menganggap materi pelajaran lebih mudah sesudah mereka mendapatkan motivasi.

Menggabungkan hasil wawancara dan lembar observasi, dapat disimpulkan bahwa siswa menjadi termotivasi dalam belajar setelah diceritakan mengenai kisah tokoh besar Carl Friedrich Gauss. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui mengenai tanggapan siswa terhadap proses belajar. Sebanyak 70% siswa mengaku senang dengan proses belajar menggunakan teknik penyampaian kisah tokoh besar matematika sebelum materi pelajaran diberikan. Hanya 20 % siswa yang berpendapat biasa saja. Seluruh aktivitas siswa berjalan dengan baik. Peningkatan motivasi ini juga terlihat dari ketuntasan belajar siswa dari penilaian terhadap hasil kerja mereka menjawab soal yang diberikan, sekitar 65 % siswa mendapatkan nilai di atas 65.



Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan kurangnya motivasi belajar matematika siswa sekolah dasar kelas IV, terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan. Mereka mengatakan bahwa dalam proses menjumlahkan dan mengurangkan bilangan ribuan, sering terjadi kekeliruan walaupun hanya satu angka. Kesalahan yang hanya satu angka ini jelas sangat mempengaruhi nilai mereka. Akibatnya, mereka menganggap bahwa materi ini sangat sulit dan menakutkan. Kesulitan mereka dalam mengerjakan soal materi tersebut tidak hanya berakibat pada buruknya anggapan siswa terhadap materi ini, tetapi juga membuat siswa menyimpulkan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan seperti ini yang disebut dengan mathfobia, sesuai dengan yang disebutkan oleh Shaleh (2008:31). Dapat disimpulkan dari hasil wawancara pertama, menunjukan kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika.

Lembar observasi yang diisi pengamat saat proses pembelajaran berlangsung, menunjukan adanya peningkatan motivasi belajar siswa. Sebagian besar siswa menunjukan perilaku sesuai dengan indikator siswa termotivasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Mereka menunjukan perilaku sesuai indikator menurut Solichatun (2007:28) bahwa indikator siswa termotivasi untuk belajar : 1) senang mengikuti pelajaran; 2)tidak merasa bosan saat belajar; 3) mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh; 4) mengerjakan tugas yang diberikan; 4) merasa bahwa belajar adalah kebutuhan; 5) merasa aman belajar; 6) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 7) percaya diri untuk berprestasi.

Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh–sungguh. Mereka terlihat antusias terhadap kisah Carl Friedrich Gauss yang diceritakan oleh guru mereka. Pada saat menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ribuan yang sebenarnya sudah mereka dapatkan di sekolahnya masing-masing, mereka masih mau menyimaknya. Setelah menyimakkisah Carl Friedrich Gauss, banyak siswa yang mengancungkan tangan dan berkata bahwa mereka ingin pintar menhitung seperti Gauss kecil. Beberapa siswa kemudian saling mengacungkan tangan menyampaikan apa yang menjadi cita-cita mereka. Bahkan ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa dirinya ingin seperti Gauss kecil yang padai menghitung dan dapat membantu orang tuanya berhitung. Siswa terlihat tidak bosan dalam belajar.

Saat diberikan soal pun mereka antusias mengerjakannya. Sebagian besar siswa terlihat percaya diri dalam mengerjakan soal tersebut. Mereka saling mengingatkan untuk tidak mencotek ketika ada temanya yang berusaha melihat jawaban siswa lain. Kondisi kelas sangat sunyi saat mereka mengerjakan soal. Siswa terlihat asyik sendiri mengerjakan soal yang diberikan. Rasa percaya diri siswa sangat tampak jelas ketika mereka mngerjakan soal. Keadaan seperti ini sesuai dengan pendapat Solichatun (2007:28) tentang indikator siswa termotivasi.

Hasil wawancara setelah proses belajar mengajar selesai, menunjukan adanya tanggapan yang positif dari siswa terhadap penyampaian kisah tokoh Carl Friedrich Gauss. Sebagian besar berpendapat, materi ini menjadi lebih mudah. Menggabungkan hasil analisis lembar observasi dan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi dalam belajar matematika. Peningkatan ini terlihat dari perbedaan pendapat mereka terhadap pembelajaran matematika sebelum dan sesudah belajar menggunakan teknik penyampaian motivasi melalui kisah toko besar matematika.

Hasil test menunjukan bahwa sekitar 65 % siswa mendapatkan nilai diatas 65. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa memperoleh ketuntasan dalam belajar. Keadaan seperti ini sesuai dengan harapan penulis mengacu pada pendapat Solichatun (2007:28) bahwa siswa yang termotivasi akan berlomba-lomba mengerjakan tugas. Kesimpulanya, motivasi belajar juga mampu meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.



Kesimpulan

Dari seluruh rangkaian penelitian yang telah dilakukan, mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, hingga analisis data, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1) terjadi peningkatan motivasi siswa setelah mendapatkan kisah tokoh besar matematika; 2) sebagian besar siswa mendapatkan ketuntasan belajar matematika dalam materi penjumlahan dan pengurangan ribuan; 3) sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran matematika setelah diberikan motivasi.


Referensi

Nurhadyani, Dini. (2011). “Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan MotivasiBelajar dan Kemampuan Koneksi Matematika”. [Online].Tersedia:http//dinidinidini.wordpress.com/2011/01/04 /140. html. Yang direkam pada 23:27:12 GMT. [18 Februari 2007].



Shaleh, Andri. (2008). Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk. Bandung: Tinta Emas Publishing.



Solichatun. (2007). “Implementasi Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Siswa SMP”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.



Uno, Hamzah. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar